next: bagian 2: hari baru. >>
Saya menutup pembicaraan di telfon dengan kalimat pamungkas saya, "Kalau ada apa-apa, call me, anytime!".
Klik.
Telfon pun saya matikan.
Selang dua menit kemudian masuk sebuah pesan di ponsel saya. Saya mengambil kembali ponsel saya yang baru saya taruh di meja. Saya lalu membaca pesan tersebut: Lan, ketemuan dong! Lagi suntuk nih!
Tanpa banyak berpikir saya langsung membalasnya: Ok, tempat biasa ya. Satu jam lagi.
Nama saya Lana. Svetlana.
Dalam bahasa Rusia berarti cahaya.
Saya tidak begitu mengerti sih, kenapa kedua orang tua saya memberi saya nama yang artinya cahaya begitu. Apalagi menggunakan bahasa Rusia segala. Sungguh aneh. Bukan kata saya saja. Banyak orang yang mengernyitkan dahinya ketika mendengar nama saya. Alasannya bisa bermacam-macam: ada yang memang merasa asing mendengarnya, ada pula yang bingung bagaimana cara membacanya.
Dan saya juga bingung mengapa orang tua saya begitu pelitnya memberikan nama kepada anaknya sendiri. Hanya satu kata itu, Svetlana. Kalau dipikir-pikir dengan anjing keluarga kami saja lebih panjang nama anjing kami itu, Arthur Conan Doyle. Iya, seperti nama pengarang Sherlock Holmes. Padahal anjing kami, yang dipanggil Arthur itu, tidak punya ciri-ciri sama sekali seperti anjing detektif atau anjingnya seorang detektif. Arthur adalah anjing French Bulldog yang setiap hari kerjanya hanya main, makan, dan bermalas-malasan. Air mukanya juga tidak jauh beda dengan kelakuannya setiap hari: muka pemalas yang berlipat-lipat dan terlihat menyedihkan.
Sekitar satu jam kemudian saya sampai di "tempat biasa" yang saya maksud tadi. Sebuah kafe di pusat kota Jakarta, tapi tetap terasa sejuk karena banyaknya pohon-pohon rimbun di kafe ini. Jadi, kafe ini saya rasa mengusung tema outdoor cafe. Semua mejanya berada di sebuah teras besar yang dikelilingi dengan banyak pohon. Baiklah, mungkin juga bisa tema yang diusung kafe ini adalah go green!
Aira, teman saya yang tadi mengirim pesan kepada saya, sudah menunggu sambil menopang dagu dengan mimik muka cemberut. Matanya sembab dan berkaca-kaca. Hidungnya merah.
Begitu saya sampai di meja, spontan Aira memnggil nama saya tetapi dengan suaranya yang begitu lemah, "Lana..".
Tangisnya pun kemudian pecah.
Namun tak bersuara.
Namun tak bersuara.
No comments:
Post a Comment